PEMBELAJARAN
BERBASIS BIMBINGAN
A.
Konsep
Dasar Pembelajaran Berbasis Bimbingan
1.
Konsep
Bimbingan
Bimbingan merupakan
terjemahan dari “guidance”. Guidance berasal dari kata “guide” yang memiliki makna mengarahkan (to direct), memandu (to pilot), mengelola (to manage), menyampaikan (to descript), mendorong (to motivate), membantu mewujudkan (helping to create), memberi (to giving), bersunguh-sungguh (to commit). Jika dirangkaikan, maka bimbingan
adalah usaha sadar secara demokratis dan sungguh-sungguh untuk memberikan
bantuan dengan menyampaikan arahan, panduan, dorongan, dan pertimbangan agar
yang diberi bantuan mampu mengelola, mewujudkan apa yang menjadi harapannya.
2.
Konsep
Pembelajaran dan Pembelajaran Berbasis Bimbingan
Belajar merupakan
proses perubahan di dalam kepribadian manusia yang ditunjukkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah
laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman,
keterampilam, daya pikir, dan kemampuan-kemampuan yang lain. Sedangkan pembelajaran
merupakan suatu proses yang mengakibatkan adanya interaksi antara guru
(pengajar) dengan siswa (objek pembelajaran) sehingga terjadi proses belajar
siswa.
Menurut Mariyana (2008,
hlm. 2) “pembelajaran berbasis bimbingan merupakan sebuah model pembelajaran
yang dirancang berdasarkan pemahaman terhadap bimbingan, dengan memperhatikan
pemahaman terhadap anak dan cara belajarnya”. Pembelajaran berbasis bimbingan sangatlah
penting untuk diterapkan. Pembelajaran yang baik, tidak hanya berorientasi pada
pencapaian kognitif saja, akan tetapi dapat menghasilkan sebuah output lainnya, seperti perubahan
perilaku siswa (objek pembelajaran) yang positif dan normatif.
B.
Ciri-ciri
Model Pembelajaran Berbasis Bimbingan
Menurut
Kartadinata dan Dantes (dalam Mariyana, 2008) pembelajaran berbasis bimbingan
memiliki ciri-ciri berikut:
1.
Diperuntukkan bagi semua siswa.
2.
Memperlakukan siswa sebagai individu yang
unik dan sedang berkembang.
3.
Mengakui siswa sebagai individu yang
bermartabat dan berkemampuan.
4. Terarah ke pengembangan segenap aspek
perkembangan anak secara menyeluruh dan optimal.
5. Disertai dengan berbagai sikap guru yang
positif dan mendukung aktualisasi berbagai minat, potensi, dan kapabilitas siswa
sesuai dengan norma-norma kehidupan yang dianut.
Selain
itu, adapula ciri-ciri dari model pembelajaran berbasis bimbingan, yaitu:
1.
Diperuntukkan bagi semua siswa (berorientasi
pada kebutuhan individual siswa).
2.
Sangat memperhatikan keamanan psikologis
siswa.
3.
Memperlakukan siswa sebagai individu
yang unik dan sedang berkembang.
4.
Mengakui siswa sebagai individu yang
bermartabat dan berkemampuan.
5.
Penuh penghargaan.
6.
Pemberian reward untuk semua prestasi siswa.
7. Menghindari hukuman fisik agar tidak
terjadi kecacatan mental dini dalam dunia pendidikan.
8. Guru wajib mendengarkan suara siswa
terlebih dahulu agar terjadi komunikasi yang baik dan mendapat pemecahan
masalah yang mendalam (demokratis).
9. Terarah ke pengembangan segenap aspek perkembangan
siswa secara menyeluruh dan optimal.
10. Disertai
dengan berbagai sikap guru yang positif dan mendukung aktualisasi berbagai
minat, potensi, dan kapabilitas siswa sesuai dengan norma-norma kehidupan yang
dianut.
C.
Prinsip-Prinsip
Model Pembelajaran Berbasis Bimbingan
Pembelajaran berbasis
bimbingan merupakan pembelajaran yang berdasarkan pada prinsip-prinsip
bimbingan sehingga prinsip-prinsip pembelajaran berbasis bimbingan pun tidak
terlepas dari prinsip-prinsip bimbingan yaitu:
1.
Proses membantu individu.
2.
Bertitik tolak pada individu yang
dibimbing.
3.
Didasarkan pada pemahaman atas keragaman
individu yang dibimbing.
4.
Pada batas tertentu perlu ada referal.
5.
Dimulai dengan identifikasiatas
kebutuhan individu.
6.
Diselenggarakan secara luwes dan
fleksibel.
7.
Sejalan dengan visi dan misi lembaga.
8.
Dikelola dengan orang yang memiliki
keahlian di bidang bimbingan.
9.
Ada sistem evaluasi yang digunakan.
Menurut Budiman (2009)
prinsip-prinsip model pembelajaran berbasis bimbingan yaitu: (1) didasarkan
pada needs assesment; (2) dikembangkan
dalam suasana membantu (helping relationship);
(3) empati; (4) keterbukaan;
(5) kehangatan psikologis; (6) realistis;
(7) bersifat memfasilitasi; (8) Berorientasi pada learning to be (belajar menjadi), learning to learn (belajar untuk belajar, learning to work (belajar untuk bekerja dan berkarir), dan learning to live together (belajar untuk
hidup bersama); (9) Tujuan utama perkembangan potensi secara optimal.
D.
Model-Model
Pembelajaran yang Berorientasi pada Pengembangan Individu
Model-model
pembelajaran yang berorientasi pada pengembangan individu yang dapat dipilih
guru antara lain:
1.
Model Pemrosesan Informasi
Model pembelajaran ini
berdasarkan teori belajar kognitif (Piaget) dan berorientasi pada kemampuan
siswa memproses informasi yang dapat memperbaiki kemampuannya.
2.
Model Personal
Model
pembelajaran personal bertitik tolak pada teori Humanistik, yaitu berorientasi
terhadap pengembangan individu. Perhatian utama dari model pembelajaran ini ada
pada emosional siswa untuk mengembangkan hubungan yang produktif dengan
lingkungannya.
3.
Model Interaksi Sosial
Model
ini menitikberatkan hubungan yang harmonis antara individu dengan masyarakat (learning to life together) sehingga siswa
diharapkan dapat mengembangkan bagaimana berhubungan secara baik dengan
masyarakatnya.
4.
Model Modifikasi Tingkah Laku
Model
pembelajaran modifikasi tingkah laku bertitik tolak pada teori belajar
behavioristik, yaitu bertujuan mengembangkan sistem yang efisien untuk
mengurutkan tugas-tugas belajar dan membentuk tingkah laku dengan cara
memanipulasi penguatan (reinforcement).
Model ini lebih menekankan pada aspek perubahan perilaku psikologis dan yang
tidak dapat diamati. Dalam hal ini, peran guru adalah selalu memperhatikan terhadap
tingkah laku belajar siswa.
5.
Model Pembelajaran Terpadu Berbasis
Budaya
Model
pembelajaran terpadu berbasis budaya yang dikembangkan untuk meningkatkan
apresiasi siswa terhadap budaya lokal dan dikembangkan berdasarkan pengalaman
awal budaya siswa. Komponen desainnya terdiri atas tema budaya lokal, alat
media dan sumber yang beragam dan kontekstual, serta komponen penilaian
menekankan pada penilaian proses dan hasil.
6.
Model Pembelajaran Kooperatif
Model
pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan
paham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan
sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya
berbeda.
7.
Model Pembelajaran Kontekstual
Model pembelajaran
kontekstual merupakan konsep belajar yang mengaitkan materi yang diajarkan
dengan kenyataan yang ada. Dalam hal ini, siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka
sehari-hari.
8.
Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)
Model pembelajaran
berbasis masalah merupakan konsep belajar dimana siswa secara aktif dihadapkan
pada masalah kompleks dalam situasi nyata.
DAFTAR
PUSTAKA
Budiman, N. (2009). Strategi pembelajaran berbasis bimbingan.
Bandung: Fakultas Ilmu Pendidikan UPI Bandung.
Mariyana, R. (2008). Kompetensi guru dalam pembelajaran berbasis
bimbingan di taman kanak-kanak (studi deskriptif terhadap guru TK di kota
Bandung). [Online]. Diakses dari http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PGTK/197803082001122RITA_MARIYANA/JURNAL_kompetensi_guru_dalam_PBB.pdf