April 24, 2015

RESUME BK (Kelompok 7)



PEMBELAJARAN BERBASIS BIMBINGAN


A.      Konsep Dasar Pembelajaran Berbasis Bimbingan
1.      Konsep Bimbingan
Bimbingan merupakan terjemahan dari “guidance”. Guidance berasal dari kata “guide” yang memiliki makna mengarahkan (to direct), memandu (to pilot), mengelola (to manage), menyampaikan (to descript), mendorong (to motivate), membantu mewujudkan (helping to create), memberi (to giving), bersunguh-sungguh (to commit). Jika dirangkaikan, maka bimbingan adalah usaha sadar secara demokratis dan sungguh-sungguh untuk memberikan bantuan dengan menyampaikan arahan, panduan, dorongan, dan pertimbangan agar yang diberi bantuan mampu mengelola, mewujudkan apa yang menjadi harapannya.
2.      Konsep Pembelajaran dan Pembelajaran Berbasis Bimbingan
Belajar merupakan proses perubahan di dalam kepribadian manusia yang ditunjukkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilam, daya pikir, dan kemampuan-kemampuan yang lain. Sedangkan pembelajaran merupakan suatu proses yang mengakibatkan adanya interaksi antara guru (pengajar) dengan siswa (objek pembelajaran) sehingga terjadi proses belajar siswa.
Menurut Mariyana (2008, hlm. 2) “pembelajaran berbasis bimbingan merupakan sebuah model pembelajaran yang dirancang berdasarkan pemahaman terhadap bimbingan, dengan memperhatikan pemahaman terhadap anak dan cara belajarnya”. Pembelajaran berbasis bimbingan sangatlah penting untuk diterapkan. Pembelajaran yang baik, tidak hanya berorientasi pada pencapaian kognitif saja, akan tetapi dapat menghasilkan sebuah output lainnya, seperti perubahan perilaku siswa (objek pembelajaran) yang positif dan normatif.

B.       Ciri-ciri Model Pembelajaran Berbasis Bimbingan
Menurut Kartadinata dan Dantes (dalam Mariyana, 2008) pembelajaran berbasis bimbingan memiliki ciri-ciri berikut:
1.         Diperuntukkan bagi semua siswa.
2.         Memperlakukan siswa sebagai individu yang unik dan sedang berkembang.
3.         Mengakui siswa sebagai individu yang bermartabat dan berkemampuan.
4.    Terarah ke pengembangan segenap aspek perkembangan anak secara menyeluruh dan optimal.
5.       Disertai dengan berbagai sikap guru yang positif dan mendukung aktualisasi berbagai minat, potensi, dan kapabilitas siswa sesuai dengan norma-norma kehidupan yang dianut.
Selain itu, adapula ciri-ciri dari model pembelajaran berbasis bimbingan, yaitu:
1.         Diperuntukkan bagi semua siswa (berorientasi pada kebutuhan individual siswa).
2.         Sangat memperhatikan keamanan psikologis siswa.
3.         Memperlakukan siswa sebagai individu yang unik dan sedang berkembang.
4.         Mengakui siswa sebagai individu yang bermartabat dan berkemampuan.
5.         Penuh penghargaan.
6.         Pemberian reward untuk semua prestasi siswa.
7.      Menghindari hukuman fisik agar tidak terjadi kecacatan mental dini dalam dunia pendidikan.
8.      Guru wajib mendengarkan suara siswa terlebih dahulu agar terjadi komunikasi yang baik dan mendapat pemecahan masalah yang mendalam (demokratis).
9.   Terarah ke pengembangan segenap aspek perkembangan siswa secara menyeluruh dan optimal.
10.     Disertai dengan berbagai sikap guru yang positif dan mendukung aktualisasi berbagai minat, potensi, dan kapabilitas siswa sesuai dengan norma-norma kehidupan yang dianut.

C.      Prinsip-Prinsip Model Pembelajaran Berbasis Bimbingan
Pembelajaran berbasis bimbingan merupakan pembelajaran yang berdasarkan pada prinsip-prinsip bimbingan sehingga prinsip-prinsip pembelajaran berbasis bimbingan pun tidak terlepas dari prinsip-prinsip bimbingan yaitu:
1.         Proses membantu individu.
2.         Bertitik tolak pada individu yang dibimbing.
3.         Didasarkan pada pemahaman atas keragaman individu yang dibimbing.
4.         Pada batas tertentu perlu ada referal.
5.         Dimulai dengan identifikasiatas kebutuhan individu.
6.         Diselenggarakan secara luwes dan fleksibel.
7.         Sejalan dengan visi dan misi lembaga.
8.         Dikelola dengan orang yang memiliki keahlian di bidang bimbingan.
9.         Ada sistem evaluasi yang digunakan.
Menurut Budiman (2009) prinsip-prinsip model pembelajaran berbasis bimbingan yaitu: (1) didasarkan pada needs assesment; (2) dikembangkan dalam suasana membantu (helping relationship); (3) empati; (4) keterbukaan; (5) kehangatan psikologis; (6) realistis; (7) bersifat memfasilitasi; (8) Berorientasi pada learning to be (belajar menjadi), learning to learn (belajar untuk belajar, learning to work (belajar untuk bekerja dan berkarir), dan learning to live together (belajar untuk hidup bersama); (9) Tujuan utama perkembangan potensi secara optimal.

D.      Model-Model Pembelajaran yang Berorientasi pada Pengembangan Individu
Model-model pembelajaran yang berorientasi pada pengembangan individu yang dapat dipilih guru antara lain:
1.         Model Pemrosesan Informasi
Model pembelajaran ini berdasarkan teori belajar kognitif (Piaget) dan berorientasi pada kemampuan siswa memproses informasi yang dapat memperbaiki kemampuannya.
2.         Model Personal
Model pembelajaran personal bertitik tolak pada teori Humanistik, yaitu berorientasi terhadap pengembangan individu. Perhatian utama dari model pembelajaran ini ada pada emosional siswa untuk mengembangkan hubungan yang produktif dengan lingkungannya.
3.         Model Interaksi Sosial
Model ini menitikberatkan hubungan yang harmonis antara individu dengan masyarakat (learning to life together) sehingga siswa diharapkan dapat mengembangkan bagaimana berhubungan secara baik dengan masyarakatnya.
4.         Model Modifikasi Tingkah Laku
Model pembelajaran modifikasi tingkah laku bertitik tolak pada teori belajar behavioristik, yaitu bertujuan mengembangkan sistem yang efisien untuk mengurutkan tugas-tugas belajar dan membentuk tingkah laku dengan cara memanipulasi penguatan (reinforcement). Model ini lebih menekankan pada aspek perubahan perilaku psikologis dan yang tidak dapat diamati. Dalam hal ini, peran guru adalah selalu memperhatikan terhadap tingkah laku belajar siswa.
5.         Model Pembelajaran Terpadu Berbasis Budaya
Model pembelajaran terpadu berbasis budaya yang dikembangkan untuk meningkatkan apresiasi siswa terhadap budaya lokal dan dikembangkan berdasarkan pengalaman awal budaya siswa. Komponen desainnya terdiri atas tema budaya lokal, alat media dan sumber yang beragam dan kontekstual, serta komponen penilaian menekankan pada penilaian proses dan hasil.
6.         Model Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan paham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda.
7.         Model Pembelajaran Kontekstual
Model pembelajaran kontekstual merupakan konsep belajar yang mengaitkan materi yang diajarkan dengan kenyataan yang ada. Dalam hal ini, siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.
8.         Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)
Model pembelajaran berbasis masalah merupakan konsep belajar dimana siswa secara aktif dihadapkan pada masalah kompleks dalam situasi nyata.


DAFTAR PUSTAKA

Budiman, N. (2009). Strategi pembelajaran berbasis bimbingan. Bandung: Fakultas Ilmu Pendidikan UPI Bandung.
Mariyana, R. (2008). Kompetensi guru dalam pembelajaran berbasis bimbingan di taman kanak-kanak (studi deskriptif terhadap guru TK di kota Bandung). [Online]. Diakses dari http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PGTK/197803082001122RITA_MARIYANA/JURNAL_kompetensi_guru_dalam_PBB.pdf

April 14, 2015

RESUME BK (Kelompok 6)



MASALAH-MASALAH SISWA DI SEKOLAH SERTA PENDEKATAN-PENDEKATAN UMUM DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING (STRATEGI BIMBINGAN DAN KONSELING)

Masalah-masalah Siswa di Sekolah
Tohirin (2007: 111) mengungkapkan bahwa siswa di sekolah akan mengalami masalah-masalah yang berhubungan dengan:
1.        Perkembangan individu;
2.        Perbedaan individu dalam hal: kecerdasan, kecakapan, hasil belajar, bakat, sikap, kebiasaan, pengetahuan, kepribadian, cita-cita, kebutuhan, minat, pola-pola dan tempo perkembangan, ciri-ciri jasmaniah, dan latar belakang lingkungan;
3.        Kebutuhan individu dalam hal: memperoleh kasih sayang, memperoleh hargadiri, memperoleh penghargaan yang sama, ingin dikenal, memperoleh prestasi dan posisi, untuk dibutuhkan orang lain, merasa bagian dari kelompok, rasa aman dan perlindungan diri, dan untuk memperoleh kemerdekaan diri;
4.        Penyesuaian diri dan kelainan tingkah laku; dan
5.        Masalah belajar.
M. Hamdan Bakran Adz-Dzaky (2004) mengklasifikasikan masalah individu termasuk siswa dalam beberapa kasus yaitu: (1) hubungan problematika individu dengan Tuhannya; (2) masalah individu dengan dirinya sendiri; (3) individu dengan lingkungan keluarga; (4) individu dengan lingkungan kerja; dan (5) individu dengan lingkungan sosialnya. Masalah-masalah yang telah dikemukakan tersebut haruslah diidentifikasi oleh guru pembimbing (khususnya guru BK) di sekolah sehingga guru BK dapat menetapkan masalah mana yang harus diprioritaskan dalam pelayanan bimbingan dan konseling. Selain itu, masalah-masalah tersebut akan dijadikan pertimbangan dalam menyusun program bimbingan dan konseling.
Contoh masalah-masalah yang sering dialami siswa di sekolah diantaranya, (1) prestasi belajar kurang baik/merosot, (2) kurang berminat pada mata pelajaran tertentu, (3) bermasalah dengan guru, (4) melanggar tata tertib sekolah, (5) bolos sekolah atau pada mata pelajaran tertentu, (6) terlambat datang ke sekolah, (7) pendiam, (8) kesulitan alat belajar, (9) bertengkar atau berkelahi, (10) sukar menyesuaikan diri, dan masih banyak lagi. Permasalahan-permasalahan tersebut dapat disebabkan oleh malasnya siswa untuk belajar, kurangnya sarana dan prasarana belajar, bersikap sombong, tidak menyukai mata pelajaran tertentu, suasana emosionalnya kurang baik, permasalahan keluarga, susah bergaul, dan sebagainya. Jika permasalahan yang dialami siswa tidak ditangani, maka akan mengakibatkan berkurangnya minat belajar siswa, terganggunya kegiatan belajar siswa,  tidak berhubungan baik dengan guru, tidak naik kelas, bahkan bisa saja dikeluarkan dari sekolah.

Pendekatan-pendekatan Umum dalam Bimbingan dan Konseling
1.        Pendekatan Krisis
Pendekatan krisis merupakan upaya bimbingan yang diarahkan pada siswa yang mengalami krisis atau masalah. Bimbingan yang dilakukan bertujuan untuk mengatasi krisis atau masalah yang dialami siswa. Dalam hal ini, guru BK menunggu siswa datang yang selanjutnya memberikan bantuan sesuai dengan masalah yang dialami siswa.
Pendekatan ini banyak dipengaruhi oleh aliran psikoanalisis, yaitu terpusat pada pengaruh masa lalu sebagai suatu hal yang menentukan bagi berfungsinya kepribadian pada masa kini. Pengalaman-pengalaman pada masa lima atau enam tahun pertama dari kehidupan siswa dipandang sebagai akar dari krisis yang bersangkutan pada masa kini.
2.        Pendekatan Remedial
Pendekatan remedial merupakan upaya bimbingan yang diarahkan pada siswa yang mengalami kesulitan untuk memperbaiki kesulitan-kesulitan yang dialami siswa. Dalam hal ini, guru BK memfokuskan pada kelemahan-kelemahan siswa yang selanjutnya berupaya untuk memperbaikinya.
Pendekatan ini banyak dipengaruhi oleh aliran psikologi behavioristik yaitu menekankan pada perilaku siswa di sini dan saat ini. Perilaku saat ini dari siswa dipengaruhi oleh suasana lingkungan pada saat ini. Oleh sebab itu, perlu adanya penataan lingkungan yang mendukung untuk perbaikan perilaku siswa tersebut.
3.        Pendekatan Preventif
Pendekatan preventif merupakan upaya bimbingan yang diarahkan untuk mengantisipasi masalah-masalah umum siswa dan mencoba mencegah terjadinya permasalahan-permasalahan tersebut pada siswa. Dalam hal ini, guru BK berupaya mengajarkan pengetahuan dan keterampilan untuk mencegah terjadinya permasalahan-permasalahan tersebut pada siswa.
4.        Pendekatan Perkembangan
Bimbingan dan konseling yang berkembang pada saat ini adalah bimbingan dan konseling perkembangan. Visi bimbingan dan konseling adalah edukatif, pengembangan, dan outreach. Edukatif, karena titik berat kepedulian bimbingan dan konseling terletak pada pencegahan dan pengembangan, bukan pada korektif atau terapeutik. Pengembangan, karena tujuan utama bimbingan dan konseling adalah perkembangan optimal dan strategi upaya pokoknya ialah memberikan kemudahan perkembangan. Outreach, karena target populasi layanan bimbingan dan konseling tidak terbatas kepada siswa yang bermasalah dan dilakukan secara individual tetapi meliputi ragam dimensi (masalah, target intervensi, setting, metode, lama waktu layanan) dalam rentang yang cukup lebar. Muro and Kottman (1995) mengemukakan bahwa teknik yang digunakan layanan bimbingan dan konseling dengan menggunakan pendekatan perkembangan adalah pembelajaran, pertukaran informasi, bermain peran, tutorial, dan konseling.

Strategi Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling
Strategi berasal dari kata benda strategos yang merupakan gabungan dari kata stratos (militer) dengan ago (memimpin). Sebagai kata kerja, stratego berarti merencanakan (to plan). Pada awalnya, strategi berarti kegiatan memimpin militer dalam menjalankan tugas-tugasnya di lapangan. Namun seiring dengan perkembangan zaman, strategi banyak diterapkan pada bidang-bidang lain seperti kesehatan, manajemen, industri dan lain-lain. Strategi mencakup tujuan kegiatan, siapa yang terlibat, isi kegiatan, proses kegiatan, dan sarana penunjang kegiatan. Strategi yang diterapkan dalam layanan bimbingan dan konseling disebut strategi layanan bimbingan dan konseling. Strategi layanan bimbingan dan konseling adalah sebagai berikut:
1.        Konseling Individual
Konseling individual merupakan proses belajar melalui hubungan khusus secara pribadi dalam wawancara antara guru BK dan siswa agar siswa dapat mengubah sikap, keputusan diri sendiri sehingga ia dapat lebih baik dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan memberikan kesejahteraan pada diri sendiri dan masyarakat di sekitarnya. Konseling menjadi strategi utama dalam proses bimbingan dan merupakan teknik standar serta tugas pokok seorang guru BK.
Secara umum Nurihsan (2007) membagi proses konseling individual ke dalam tiga tahapan yaitu tahap awal konseling, tahap pertengahan konseling, dan tahap akhir konseling.
a.    Tahap awal  konseling
Pada tahap ini, guru BK melakukan hal-hal berikut.
1)      Membangun hubungan konseling dengan melibatkan siswa yang mengalami masalah.
2)      Memperjelas dan mendefinisikan masalah.
3)      Membuat penjajakan alternatif bantuan untuk mengatasi masalah.
4)      Menegosiasikan kontrak.
b.    Tahap pertengahan konseling (tahap kerja)
Tahap ini memfokuskan pada pendalaman masalah yang dialami siswa agar dapat ditentukan bantuan apa saja yang akan diberikan pada siswa tersebut. Tujuan pada tahap pertengahan ini adalah sebagai berikut.
1)      Menjelajahi dan mengeksplorasi masalah serta kepedulian siswa dan lingkungannya dalam mengatasi masalah tersebut.
2)      Menjaga agar hubungan konseling selalu terpelihara.
3)      Proses konseling agar berjalan sesuai kontrak.
c.     Tahap akhir konseling
Tahap ini ditandai oleh beberapa hal berikut.
1)      Menurunnya kecemasan siswa. Hal ini diketahui setelah guru BK menanyakan keadaan kecemasannya.
2)      Adanya perubahan perilaku siswa yang jelas ke arah yang lebih positif, sehat, dan dinamik.
3)      Adanya tujuan hidup yang jelas di masa yang akan datang dengan program yang jelas pula bagi siswa.
4)      Terjadinya perubahan sikap positif terhadap masalah yang dialami siswa, dapat mengoreksi diri dan meniadakan sikap yang suka menyalahkan dunia luar, seperti orang tua, teman, dan keadaan yang tidak menguntungkan.
Tujuan dari tahap akhir konseling ini adalah sebagai berikut.
1)      Memutuskan perubahan sikap dan perilaku yang tidak bermasalah.
2)      Terjadinya transfer of learning pada diri siswa.
3)      Melaksanakan perubahan perilaku siswa agar mampu mengatasi masalahnya.
4)      Mengakhiri hubungan konseling.
2.        Konsultasi
Pengertian konsultasi dalam program bimbingan dipandang sebagai suatu proses penyediaan bantuan teknis untuk guru, orang tua, administrator, dan guru BK lainnya dalam mengidentifikasi dan memperbaiki masalah yang membatasi efektivitas siswa atau sekolah. Tujuan dari proses konsultasi ini adalah:
a.    Mengembangkan dan menyempurnakan lingkungan belajar bagi siswa, orang tua, dan administrator sekolah.
b.    Menyempurnakan komunikasi dengan mengembangkan informasi diantara orang yang penting.
c.    Mengajak bersama pribadi yang memiliki peranan dan fungsi yang bermacam-macam untuk menyempurnakan lingkungan belajar.
d.    Memperluas layanan dari para ahli.
e.    Memperluas layanan pendidikan dari guru dan administrator.
f.     Membantu orang lain bagaimana belajar tentang perilaku.
g.    Menciptakan suatu lingkungan yang berisi semua komponen lingukungan belajar yang baik.
h.    Menggerakkan organisasi yang mandiri.
Sedangkan langkah-langkah proses konsultasi adalah sebagai berikut:
a.    Menumbuhkan hubungan berdasarkan  komunikasi dan perhatian pada siswa.
b.    Menentukan diagnosis atau sebuah hipotesis kerja sebagai rencana kegiatan.
c.    Mengembangkan motivasi untuk melaksanakan kegiatan.
d.   Melakukan pemecahan masalah.
e.    Melakukan alternatif lain apabila masalah belum terpecahkan.
3.        Bimbingan Kelompok
Bimbingan kelompok dimaksudkan untuk mencegah berkembangnya masalah atau kesulitan pada diri siswa. Isi kegiatan bimbingan kelompok terdiri atas penyampaian informasi yang berkenaan dengan masalah pendidikan, pekerjaan, pribadi, dan masalah sosial yang tidak disajikan dalam bentuk pelajaran. Penyelenggaraan bimbingan kelompok ini  dilakukan dengan beberapa langkah.
a.    Langkah awal
Langkah awal diselenggarakan dalam rangka pembentukan kelompok sampai dengan mengumpulkan para siswa yang siap melaksanakan kegiatan kelompok. Langkah awal ini dimulai dengan penjelasan tentang adanya layanan bimbingan kelompok bagi para siswa, pengertian, tujuan, dan kegunaan bimbingan kelompok.
b.    Perencanaan kegiatan
Perencanaan kegiatan bimbingan kelompok meliputi penetapan: (1) materi layanan; (2) tujuan yang ingin dicapai; (3) sasaran kegiatan; (4) bahan atau sumber bahan untuk bimbingan kelompok; (5) Rencana Penilaian; serta (6) waktu dan tempat.
c.    Pelaksanaan kegiatan
Kegiatan yang telah direncanakan itu selanjutnya dilaksanakan melalui kegiatan sebagai berikut.
1)      Persiapan menyeluruh yang meliputi persiapan fisik (tempat dan kelengkapannya), persiapan bahan, persiapan keterampilan, dan persiapan administrasi.
2)      Pelaksanaan tahap-tahap kegiatan.
·      Tahap pertama: pembentukan, temanya pengenalan, pelibatan dan pemasukan diri.
·      Tahap kedua: peralihan.
·      Tahap ketiga: kegiatan.
d.   Evaluasi Kegiatan
Penilaian terhadap bimbingan kelompok lebih bersifat penilaian “dalam proses”, yang dapat dilakukan melalui:
1)   Mengamati partisipasi dan aktivitas siswa selama kegiatan berlangsung.
2)   Mengungkapkan pemahaman siswa atas materi yang dibahas.
3)   Mengungkapkan kegunaan bimbingan kelompok bagi mereka dan perolehannya sebagai hasil dari keikutsertaannya.
4)   Mengungkapkan minat dan sikap siswa tentang kemungkinan kegiatan lanjutan.
5)   Mengungkapkan kelancaran proses dan suasana penyelenggaraan bimbingan kelompok.
6)   Analisis dan tindak lanjut
4.        Konseling Kelompok
Konseling kelompok merupakan upaya bantuan kepada siswa dalam suasana kelompok yang bersifat pencegahan dan penyembuhan, dan diarahkan kepada pemberian kemudahan dalam rangka perkembangan dan pertumbuhannya. Konseling kelompok bersifat pencegahan, artinya agar siswa yang bersangkutan mempunyai kemampuan untuk berfungsi secara wajar dalam masyarakat, tetapi mungkin memiliki kelemahan dalam kehidupannya sehingga mengganggu kelancaran berkomunikasi dengan orang lain. Konseling kelompok bersifat pemberian kemudahan dalam pertumbuhan dan perkembangan siswa, dalam arti bahwa konseling kelompok memberikan dorongan kepada siswa yang bersangkutan untuk mengubah dirinya sejalan dengan minatnya.
Prosedur konseling kelompok sama dengan bimbingan kelompok, yaitu:
a)    Tahap pembentukan, dengan temanya pengenalan, perlibatan, dan pemasukan diri.
b)   Tahap peralihan, dengan temanya pembangunan jembatan antara tahap pertama dan tahap ketiga;
c)    Tahap kegiatan, dengan temanya kegiatan pencapaian tujuan;
d)   Tahap pengakhiran, dengan temanya penilaian dan tindak lanjut.
5.        Pengajaran Remedial
Pengajaran remedial merupakan salah satu tahap kegiatan utama dalam keseluruhan kerangka pola layanan bimbingan belajar, serta merupakan rangkaian kegiatan lanjutan logis dari usaha diagnostik kesulitan belajar mengajar siswa. Berikut merupakan prosedur remedial.
a)    Diagnostik kesulitan belajar-mengajar.
b)   Rekomendasi/referal.
c)    Penelaahan kembali kasus.
d)   Pilihan alternatif tindakan.
e)    Layanan konseling.
a)    Pelaksanaan pengajaran remedial.
b)   Pengukuran kembali hasil belajar-mengajar.
c)    Reevalusi/rediagnostik.
d)   Tugas tambahan.
f)    Hasil yang diharapkan.
Penilaian kegiatan bimbingan kelompok perlu dianalisis untuk mengetahui lebih lanjut seluk beluk kemajuan para siswa dan seluk beluk penyelenggaraan bimbingan kelompok. Perlu dikaji apakah hasil-hasil pembahasan dan atau pemecahan masalah yang sudah dilakukan sedalam atau setuntas mungkin, atau sebenarnya masih ada aspek-aspek penting yang belum dijangkau dalam pembahasan.
6.        Bimbingan Klasikal
Bimbingan klasikal merupakan strategi untuk layanan dasar bimbingan. Layanan dasar diperuntukkan bagi semua siswa. Dalam hal ini, guru BK secara terjadwal memberikan layanan bimbingan dan konseling pada semua siswa yang mengacu pada program layanan bimbingan dan konseling yang telah dirancang. Kegiatan ini dilaksanakan melalui pemberian layanan orientasi dan informasi tentang berbagai hal yang dipandang bermanfaat bagi siswa. Layanan orientasi biasanya dilaksanakan pada awal pembelajaran yang diperuntukan bagi siswa baru, sehingga memiliki pengetahuan yang utuh tentang sekolah yang dimasukinya. Sementara layanan informasi merupakan proses bantuan yang diberikan kepada siswa tentang aspek-aspek kehidupan yang dipandang penting bagi mereka, baik melalui komunikasi langsung, maupun tidak langsung (melalui media cetak maupun elektronik, seperti: buku, brosur, leaflet, majalah, dan internet). Kegiatan bimbingan klasikal perlu dijadwalkan secara pasti untuk semua kelas agar semua siswa dapat terlayani melalui bimbingan klasikal.

DAFTAR PUSTAKA
Asto. (2014). Mengatasi masalah peserta didik melalui layanan konseling individual. [online]. Tersedia di http://seindah-akhlak-islam.blogspot.com/2014/02/mengatasi-masalah-peserta-didik-melalui.html?m=1.
Bakran Adz Dzaky, M.H. (2004). Konseling dan psikoterapi islam (penerapan metode sufistik). Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru.
Manrihu, M.T. (1988). Pengantar bimbingan dan konseling karir. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
Nurihsan, A.J. (2007). Strategi layanan & bimbingan konseling. Bandung: PT. Refika Aditama.
Prayitno & Erman A. (2004). Dasar-dasar bimbingan dan konseling. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Sudrajat, A. (2010). Strategi pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling. [Online]. Tersedia di https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2010/02/03/strategi-pelaksanaan-layanan-bimbingan-dan-konseling/
Tohirin. (2007). Bimbingan dan konseling di sekolah dan madrasah (berbasis integrasi). Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Yusuf, S. & Nurihsan, A.J. (2008). Landasan bimbingan dan konseling. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.