KONSEP DASAR
DIAGNOSTIK KESULITAN BELAJAR
DAN PENGAJARAN REMEDIAL
I. Konsep Dasar Diagnostik Kesulitan Belajar
A.
Definisi Diagnostik Kesulitan Belajar
Kegiatan memahami
kesulitan belajar siswa dikenal dengan istilah diagnostik kesulitan belajar. Diagnostik
adalah penentuan jenis masalah atau kelainan dengan cara meneliti latar belakang penyebabnya atau
menganalisis gejala-gejala yang tampak. Sedangkan kesulitan belajar
didefinisikan sebagai rendahnya kepandaian yang dimiliki seseorang dibandingkan
dengan kemampuan yang seharusnya dicapai orang itu pada usianya. Dapat
disimpulkan bahwa diagnostik kesulitan belajar merupakan proses menentukan
masalah atas ketidakmampuan siswa dalam belajar dengan cara meneliti latar
belakang penyebabnya dan menganalisis gejala-gejala kesulitan atau hambatan
belajar yang nampak.
B.
Jenis-Jenis Kesulitan Belajar
Kesulitan belajar dibagi menjadi tiga
kategori besar, yaitu :
1. Kesulitan
dalam berbicara dan berbahasa
Kesulitan ini sering menjadi indikasi
awal bagi kesulitan belajar yang dialami seorang anak. Orang yang mengalami
kesulitan jenis ini akan menemui kesulitan dalam menghasilkan bunyi-bunyi
bahasa yang tepat, berkomunikasi dengan orang lain melalui penggunaan bahasa
yang benar, atau memahami apa yang orang lain katakan.
2. Permasalahan
dalam hal kemampuan akademik
Siswa-siswi yang mengalami gangguan
kemampuan akademik berbaur bersama teman-teman sekelasnya demi meningkatkan kemampuan
membaca, menulis, dan berhitung mereka.
3. Kesulitan
lainnya,
Kesulitan ini mencakup kesulitan dalam
mengoordinasi gerakan anggota tubuh serta permasalahan belajar yang belum
dicakup oleh kedua kategori di atas.
C. Faktor
Penyebab Munculnya Kesulitan Belajar
Faktor penyebab
munculnya kesulitan belajar dibedakan menjadi dua, yaitu :
1.
Faktor Internal
a.
Kesehatan
Kondisi fisik seseorang
dapat berpengaruh pada kemampuan mencapai suatu tujuan. Kesehatan yang buruk
dapat berpengaruh pada tingginya ketidakhadiran siswa dalam mengikuti
pembelajaran. Selain itu, siswa yang kurang sehat juga tidak bisa mencapai
potensi yang sebenarnya.
b.
Problem
menyesuaikan diri
Sumber utama faktor ini
berasal dari dalam diri siswa seperti memiliki gangguan emosional. Perilaku
siswa yang mengalami gangguan emosional ditandai dengan: (1) siswa menolak
untuk belajar dan hanya ingin melakukan yang dia senangi; (2) siswa menjadi
nakal, agresif, dan menyerang siswa lain secara terbuka; (3) siswa berprestasi
negatif terhadap kegiatan belajar; (4) siswa memindahkan kekerasan dari rumah
ke sekolah apabila ia menjadi korban kekerasan orang tuanya ataupun saudaranya;
dan (5) siswa menolak perintah belajar atau tekanan lain dari orang tua.
a.
Lingkungan
Masalah lingkungan
muncul sebagai hasil reaksi atau perubahan dalam diri siswa terhadap keluarga
ataupun lingkungannya. Penolakan lingkungan terhadap diri siswa pun dapat
menjadi masalah yang sulit dalam belajar.
b.
Cara guru
mengajar yang tidak baik
Karena cara mengajar
guru yang tidak baik dapat menimbulkan kesulitan belajar pada siswa. Agar hal
ini tidak terjadi maka guru perlu melakukan perbaikan secara berkala, baik
penguasaan metode mengajar maupun materi ajar.
c.
Orang tua siswa
Orang tua yang tidak
mau atau tidak mampu menyediakan buku atau fasilitas belajar yang memadai bagi
anaknya atau mereka yang tidak mau mengawasi anaknya dalam belajar menjadi
faktor yang dapat menjadi pemicu timbulnya kesulitan belajar.
d.
Masyarakat sekitar
Masyarakat di sekitar
siswa dapat menjadi sumber masalah, ketika keberadaan masyarakat tidak kondusif
terhadap kebutuhan siswa secara individual maupun kelompok.
D. Ciri-Ciri
Siswa yang Mengalami Kesulitan Belajar
Ciri-ciri umum siswa
lamban belajar dapat dilihat melalui pengamatan fisik siswa, perkembangan
mental, intelektual, sosial, ekonomi, kepribadian, dan proses-proses belajar
yang dilakukannya di sekolah dan di rumah. Ciri-ciri itu dianalisis agar
diperoleh kejelasan yang konkret tentang gejala dan sebab-sebab kesulitan
belajar siswa di sekolah dan di rumah. Rincian analisisnya mencakup hal-hal
sebagai berikut: fisik, perkembangan mental, sosial, perkembangan kepribadian,
proses-proses belajar yang dilakukannya.
Ketidaksanggupan siswa
lamban belajar dalam menguasai pengetahuan mempengaruhi sikap dan perilakunya
menjadi tidak cocok dengan lingkungan sekelilingnya sehingga mengundang masalah
orang-orang di sekitarnya. Ketidaksanggupan belajar disebabkan
kerusakan-kerusakan tertentu pada diri seseorang yang membuat seseorang itu
lamban belajar. Menurut Cece Wijaya (2010),
kerusakan-kerusakan itu dikategorikan dalam empat hal, yaitu:
1.
Dyslexia,
adalah kelemahan-kelemahan belajar di bidang menulis dan berbicara.
Ciri-cirinya adalah sulit mengingat huruf, kata, tulisan, dan suara.
2.
Dyscalculia,
adalah kesulitan mengenal angka dan pemahaman terhadap konsep dasar matematika.
Kelemahan umum di bidang dyslexia kadang-kadang muncul di bidang pelajaran
matematika. Karena itu kerusakan-kerusakan di bidang dyslexia berpengaruh
terhadap kerusakan-kerusakan di bidang dyscalculia,
demikian pula sebaliknya.
3.
Attention Defisit Hyperactive Disorder (ADHD), adalah pemusatan perhatian terhadap
masalah-masalah yang sedang dihadapinya. Siswa lamban belajar dapat memusatkan
perhatiannya hanya berkisar pada satu pokok bahasan saja, ia kurang mampu
menyelesaikan tugas-tugas yang beraneka ragam yang membuat dirinya menjadi
kacau.
4.
Spatial, motor, ad perceptual defisits, adalah kondisi lemah dalam menilai dirinya
menurutukuran ruang dan waktu.
Kerusakan lainnya yang
membuat siswa lamban belajar adalah Social
defisits, yaitu kesulitan mengembangkan keterampilan sosial. Kesulitan itu
dapat membuat ketidaksanggupan menemukan jati dirinya. Gejala-gejalanya adalah
(1) sulit menangkap tanda-tanda tingkah laku sosial, seperti dalam mencurahkan
idemelalui raut muka dan gerakan-gerakan motorik lainnya, (2) sering nmemotong
pembicaaan orang, (3) berbicara dengan keras, (4) sulit berteman, dan (5) ketidaksadaran
terhadap cara-cara orang lain mengamati perilakunya.
E.
Prosedur Diagnostik Kesulitan Belajar
Dalam melakukan diagnostik kesulitan
belajar yang dialami oleh siswa, setidaknya ada tiga langkah umum yamg harus
ditempuh oleh seorang guru, yaitu:
1. Mendiagnostik
kesulitan belajar yang dialami oleh siswa, yaitu dengan cara mengidentifikasi
kasus dan melokalisasikan jenis dan sifat kesulitan belajar terebut.
2. Mengadakan
estimasi (prognosis) tentang faktor-faktor penyebab kesulitan belajar yang
dialami siswa.
3. Mengadakan
terapi, yaitu menemukan berbagai kemungkinan yang dapat dipergunakan dalam
rangka penyembuhan atau mengalami kesulitan belajar yang dialamu oleh siswa
tersebut.
F.
Mendiagnostik Kesulitan Belajar secara Formal
Diagnostik yang sebenarnya terhadap kesulitan
belajar dilakukan dengan metode uji standar yang membandingkan tingkatan
kemampuan seorang anak terhadap anak lainnya yang dianggap normal. Hasil uji
tidak hanya tergantung pada kemampuan aktual anak, tetapi juga reliabilitas
pengujian itu serta kemampuan sang anak untuk memperhatikan dan memahami
pertanyaannya.
G.
Evaluasi Diagnostik Kesulitan Belajar
Evaluasi diagnostik
kesulitan belajar merupakan evaluasi yang memiliki penekanan kepada penyembuhan
kesulitan belajar siswa yang tidak terpecahkan oleh formula
perbaikan yang biasanya ditawarkan dalam bentuk tes formatif. Evaluasi
diagnostik kesulitan belajar pada umumnya dilakukan pada awal pengajaran, awal
tahun ajaran atau semester. Tujuan evaluasi ini salah satunya adalah untuk
menentukan tingkat pengetahuan awal siswa. Ada dua hal yang penting dalam
melakukan evaluasi diagnostik kesulitan belajar yaitu (1) penilaian diagnostik
pada umumnya jarang digunakan oleh guru untuk menentukan grade dan (2) semakin baik evaluasi diagnostik yang dilakukan,
semakin jelas tujuan belajar yang dapat ditetapkan.
II. Konsep Dasar Pengajaran Remedial
A. Definisi
Pengajaran Remedial
Pengajaran remedial merupakan suatu
bentuk pengajaran yaang bersifat mengobati, menyembuhkan atau membetulkan
pengajaran dan membuatnya menjadi lebih baik dalam rangka mencapai tujuan
pembelajaran yang maksimal.
B.
Tujuan dan Fungsi Pengajaran Remedial
1.
Tujuan Pengajaran Remedial
a. Siswa
dapat memahami dirinya.
b. Siswa
dapat memperbaiki atau mengubah cara belajarnya ke arah yang lebih baik.
c. Siswa
dapat memilih materi dan fasilitas belajar secara tepat.
d. Siswa
dapat mengembangkan sifat dan kebiasaan yang dapat mendorong tercapainya hasil
yang lebih baik.
e. Siswa
dapat melaksanakan tugas-tugas belajar yang diberikan kepadanya.
2. Fungsi
Pengajaran Remedial
a. Fungsi korektif, melalui
pengajaran remedial dapat dilakukan perbaikan terhadap hal-hal yang dipandang
belum memenuhi apa yang diharapkan dalam keseluruhan proses pembelajaran.
b. Fungsi pemahaman, dengan
remedial memungkinkan guru, siswa atau pihak-pihak lainnya memperoleh pemahaman
yang lebih baik dan komprehesif mengenai pribadi siswa.
c.
Fungsi
penyesuaian, pengajaran ramedial membentuk siswa untuk dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungan dan proses belajarnya.
d. Fungsi pengayaan, melalui
pengajaran remedial siswa dapat memperkaya proses pembelajaran, sehingga materi
yang tidak disampaikan dalam pengajaran reguler dapat diperoleh melalui
pengajaran remedial.
e. Fungsi akselerasi, melalui
pengajaran remedial diperoleh hasil belajar yang lebih baik dengan menggunakan
waktu yang efektif dan efesien.
f. Fungsi terapeutik, melalui pengajaran remedial secara langsung atau
tidak akan dapat membantu menyembuhkan
atau memperbaiki kondisi-kondisi kepribadian siswa yang diperkirakan menunjukan
adanya penyimpangan.
C.
Metode dalam Pengajaran Remedial
1. Tanya Jawab
Metode tanya jawab digunakan dalam pengenalan kasus untuk
mengetahui jenis dan sifat kesulitan siswa. Melalui metode ini memungkinkan
terbinanya hubungan baik antara guru dan siswa, meningkatkan motivasi belajar
siswa, menumbuhkan rasa percaya diri siswa, dan sebagainya.
2. Diskusi
Metode diskusi digunakan dengan memanfaatkan interaksi
antar-individu dalam kelompok untuk memperbaiki kesulitan belajar yang dialami
oleh sekelompok siswa.
3. Tugas
Metode tugas digunakan dalam rangka mengenal kasus dan
pemberian bantuan kepada siswa yang mengalami kesulitan belajar. Dengan metode
ini, siswa diharapkan dapat lebih memahami dirinya, memperdalam materi yang
telah dipelajari, dan memperbaiki cara-cara belajar yang pernah dialami.
4. Kerja Kelompok
Metode kerja kelompok hampir bersamaan dengan pemberian
tugas dan diskusi. Yang terpenting adalah interaksi di antara anggota kelompok
dengan harapan terjadi perbaikan pada diri siswa yang mengalami kesulitan
belajar.
5. Tutor
Tutor adalah siswa sebaya yang ditugaskan untuk membantu
temannya yang mengalami kesulitan belajar, karena hubungan antara teman umumnya
lebih dekat dibandingkan hubungan guru-siswa. Pemilihan tutor ini berdasarkan
prestasi, hubungan sosial yang baik, dan cukup disenangi oleh teman-temannya.
Tutor berperan sebagai pemimpin dalam kegiatan kelompok sebagai pengganti guru.
6. Pengajaran Individual
Pengajaran individu adalah interaksi antara guru-siswa
secara individual dalam proses belajar mengajar. Pendekatan dengan metode ini
bersifat terapeutik, artinya mempunyai sifat penyembuhan dengan cara
memperbaiki cara-cara belajar siswa. Hasil yang diharapkan dalam metode ini di
samping adanya perubahan prestasi belajar juga perubahan dalam pemahaman diri
siswa.
D.
Strategi dan Teknik dalam Pendekatan
Pengajaran Remedial
1. Strategi
dan Teknik Pendekatan Remedial Teaching
yang Bersifat Kuratif
Tindakan Remedial Teaching dikatakan bersifat
kuratif jika dilakukan setelah selesainya program proses belajar mengajar utama
diselenggarakan. Diadakannya tindakan ini didasarkan atas kenyataan empirik
bahwa siswa dipandang tidak mampu menyelesaikan program proses belajar mengajar
yang bersangkutan secara sempurna sesuai dengan kriteria keberhasilan yang
ditetapkan. Teknik pendekatan yang dipakai dalam hal ini diantaranya:
(1) pengulangan (repetation); (2) pengayaan
(enrichment) dan pengukuhan(reinforcement); dan (3) percepatan (acceleration).
2. Strategi
dan Teknik pendekatan Remedial Teaching
yang Bersifat Preventif
Strategi dan teknik
pendekatan preventif diberikan kepada siswa tertentu berdasarkan data atau
informasi yang ada dapat diantisipasi atau setidaknya patut diduga akan
mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas-tugas belajar. Sasaran pokok dari
pendekatan preventif adalah berusaha agar hambatan-hambatan dalam mencapai
prestasi dapai dihindari dan kemampuan
penyesuaian sesuai dengan kriteria keberhasilan yang ditetapkan dapat
dicapai. Teknik pendekatan yang dipakai adalah layanan pengajaran kelompok yang diorganisasikan secara homogen (homogenius
grouping), layanan pengajaran secara individual, dan layanan
pengajaran kelompok dengan dilengkapi kelas khusus remedial dan pengayaan.
3. Strategi
dan Teknik Pendekatan Remedial Teaching
Bersifat Pengembangan
Pendekatan pengembangan
merupakan tindak lanjut atau upaya diagnostik yang dilakukan guru selama
berlangsungnya proses belajar mengajar (PBM). Agar strategi pendekatan ini
dapat dioperasikan secara teknis yang sistematis, maka diperlukan adanya
pengorganisasian proses belajar mengajar yang sistematis seperti dalam bentuk
pengajaran berprogram.
E.
Langkah-Langkah Melaksanakan Pengajaran
Remedial
1.
Meneliti kasus dengan permasalahannya sebagai titik tolak
kegiatan-kegiatan berikutnya.
2.
Menentukan tindakan yang harus dilakukan.
a. Jika kasusnya ringan, tindakan yang
ditentukan adalah memberikan pengajaran remedial kepada siswa tersebut.
b. Jika kasusnya cukup dan berat, maka
sebelum diberikan pengajaran remedial, siswa harus diberikan layanan konseling terlebih dahulu.
3. Pemberian
layanan khusus yaitu bimbingan dan konseling.
4. Langkah
pelaksanaan pengajaran remedial.
5. Melakukan
pengukuran kembali terhadap prestasi belajar siswa dengan alat tes sumatif.
6. Melakukan
re-evaluasi dan re-diagnostik, dengan kemungkinan:
a. Kasus menunjukkan
kenaikan prestasi yang dihasilkan sesuai dengan kriteria yang diharapkan. Maka
selanjutnya diteruskan ke program yang berikutnya.
b. Kasus
menunjukkan kenaikan prestasi, namun belum memenuhi kriteria yang diharapkan.
Maka kasus diserahkan kepada pembimbing untuk diadakan pengayaan.
c. Kasus belum
menunjukkan perubahan yang berarti dalam hal prestasi. Maka perlu didiagnostik
lagi untuk mengetahui letak kelemahan pengajaran remedial untuk selanjutnya
diadakan ulangan dengan alternatif yang sama.
F.
Perbandingan Prosedur Pengajaran Biasa dan
Remedial
1. Kegiatan pengajaran biasa sebagai
program belajar mengajar di kelas dan semua siswa ikut berpartisipasi.
Pengajaran perbaikan diadakan setelah diketahui kesulitan belajar, kemudian
diadakan pelayanan khusus.
2. Tujuan pengajaran biasa dalam rangka
mencapai tujuan pengajaran yang ditetapkan sesuai dengan kurikulum yang berlaku
dan sama untuk semua siswa. Pengajaran perbaikan tujuannnya disesuaikan dengan
kesulitan belajar siswa walaupun tujuan akhirnya sama.
3. Metode dalam pengajaran biasa sama untuk
semua siswa, sedangkan metode dalam pengajaran perbaikan berdiferensial (sesuai
dengan sifat, jenis, dan latar belakang kesulitan).
4. Pengajaran biasa dilakukan oleh
guru, sedangkan pengajaran perbaikan oleh tim.
5. Alat pengajaran perbaikan lebih
bervariasi.
6. Pengajaran perbaikan lebih
diferensial dengan pendekatan individual.
7. Pengajaran perbaikan evaluasinya
disesuaikan dengan kesulitan belajar yang dialami oleh siswa.
G.
Peran Aparat Sekolah, Orang Tua, dan
Masyarakat dalam
Program Pendidikan dan Pengajaran Remedial
Pelaksanaan pendidikan
dan pengajaran remedial merupakan tanggung jawab bersama antara kepala sekolah,
guru, orang tua, pemerhati pendidikan, tata usaha, dan lembaga-lembaga
kemasyarakatan yang terkait. Berikut adalah peranan-perananya:
1.
Kepala Sekolah
a.
Menguasai
sepenuhnya program pendidikan dan pengajaran remedial di sekolah.
b.
Menyediakan
sumber belajar yang lengkap dan dapat digunakan setiap waktu sesuai dengan
kebutuhan.
c.
Memiliki jalinan
kerja sama yang baik dengan orang tua siswa untuk mengembangkan pendidikan masa
depan anak-anaknya.
d.
Mendirikan dan
mengembangkan Lembaga Pusat Bimbingan dan Penyuluhan yang berfungsi menangani
kesulitan-kesulitan siswa dalam mempelajari pengetahuan.
e.
Mampu mengangkat
seorang ekspert yang bertugas sebagai guru pendidikan remedial serta membantu
guru bidang studi atau guru lainnya dalam memecahkan kesulitannya menghadapi
siswa lamban belajar dan berprestasi rendah.
2.
Orang Tua Siswa
a.
Menerima dengan
baik kunjungan sekolah di rumah (home
visit).
b.
Bersikap tanggap
terhadap pembicaraan kasus putra-putranya dan menunjukkan sikap tidak
emosional.
c.
Senang
menghadiri undangan sekolah untuk membicarakan kasus putra-putranya.
d.
Dapat memberikan
data objektif selengkap mungkin tentang kelemahan-kelemahan putranya dalam
pelajaran.
e.
Mampu membantu
memprediksi dan memberi latihan sepenuhnya terhadap kasus yang dihadapinya.
3.
Staf Tata Usaha
Sekolah
Mengaministrasi
data-data kasus mulai dari latar belakang, asal-usul dan sebab-sebab kesulitan
belajar siswa, cara-cara memprediksi penyembuhannya, sampai dengan cara-cara
penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran remedial.
4.
Penilik Sekolah
a.
Melakukan
kunjungan rutin ke sekolah untuk mamantau dan mengawasi jalannya penyelenggaraan
pendidikan.
b.
Menyelenggarakan
diskusi periodik dengan kepala sekolah dan guru-guru tentang upaya pemecahan
kesulitan belajar siswa.
c.
Menyelenggarakan
upaya kerja sama yang baik dengan lembaga-lembaga terkait.
5.
Para Pemerhati
Pendidikan
Para pemerhati
pendidikan adalah orang-orang yang menaruh perhatian penuh terhadap proses dan
hasil pendidikan yang dicapai siswa di sekolah serta berinisiatif besar dalam
memberikan pendapat, sikap, dan aspirasinya dalam upaya penanganan kasus atau
dalam hal ini siswa lamban belajar.
6.
Lembaga-Lembaga
Kemasyarakatan Terkait
Keterlibatan lembaga-lembaga
kemasyarakatan terkait dalam penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran remedial, khususnya
dalam penanganan kasus kenakalan remaja diperlukan sekali terutama membantu
sekolah dalam mengumpulkan data objektif tentang latar belakang dan sebab-sebab
terjadinya suatu peristiwa serta membantu dalam penyelesaiannya.
H.
Evaluasi Pengajaran Remedial
Pada akhir kegiatan
siswa diadakan evaluasi. Tujuan paling utama adalah diharapkan 75% taraf
pengusaan (level of mastery). Bila ternyata belum berhasil maka dilakukan diagnostik
dan memperoleh pengajaran remedial kembali.
Evaluasi perlu
dilakukan secara kontinu untuk menentukan perkembangan dan prosedur yang hendak
dilaksanakan dimasa mendatang. Evaluasi remidi memiliki arti penting bagi
orang-orang terdekat siswa. Oleh karena itu, perlu diberikan informasi kepada
siswa dan orangtua mengenai perkembangan belajarnya.